Honda Brio CBU, atau Completely Built Up, merujuk pada unit kendaraan yang diimpor secara utuh dari negara asalnya. Di Indonesia, istilah ini sering dikaitkan dengan generasi pertama Honda Brio yang dirilis antara tahun 2012 dan 2013. Mobil ini diimpor dari Thailand dan menawarkan spesifikasi yang menarik bagi konsumen Indonesia, terutama sebelum Honda Brio menjadi bagian dari program Low Cost Green Car (LCGC).
Spesifikasi dan Fitur
Honda Brio CBU dibekali dengan mesin i-VTEC SOHC 1.3 liter 4 silinder yang mampu menghasilkan tenaga maksimal 98 HP, menjadikannya salah satu yang terkuat di kelasnya pada masa itu. Dibandingkan dengan kompetitornya seperti Toyota Agya yang hanya memiliki varian mesin 1.000 cc dengan tenaga 64 HP, Honda Brio CBU menawarkan performa yang lebih superior.
Varian dan Harga
Pada awal peluncurannya, Honda Brio CBU hadir dalam dua varian, yaitu tipe S dan E, dengan opsi transmisi manual dan otomatis. Tipe S merupakan varian dasar dengan fitur yang lebih sederhana, sedangkan tipe E menawarkan fitur yang lebih lengkap, seperti pelek alloy dan handel pintu yang sudah sewarna dengan bodi mobil. Meskipun produksi Brio CBU telah dihentikan, harga pasaran untuk unit bekas masih cukup tinggi, berkisar antara Rp 90-100 jutaan, menunjukkan bahwa model ini masih diminati di pasar mobil bekas.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan utama dari Honda Brio CBU adalah performa mesinnya yang kuat untuk ukuran city car. Namun, sebagai mobil yang diimpor secara utuh, harga jualnya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan mobil yang dirakit secara lokal (CKD). Selain itu, perawatan dan penggantian suku cadang mungkin lebih menantang karena ketersediaan komponen yang lebih terbatas dibandingkan dengan model yang dirakit lokal.
Kesimpulan
Honda Brio CBU menawarkan kombinasi menarik antara ukuran kompak dan performa mesin yang bertenaga. Meskipun ada beberapa tantangan terkait biaya dan perawatan, mobil ini tetap menjadi pilihan yang menarik bagi mereka yang mencari city car dengan performa yang lebih unggul.
