Honda terus berinovasi untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar pada model Brio, yang merupakan bagian dari kategori Low Cost Green Car (LCGC) di Indonesia. Dengan adanya perubahan kebijakan pajak yang berorientasi pada emisi CO2, Honda Brio Satya diharapkan tidak hanya mempertahankan statusnya sebagai mobil hemat bahan bakar tetapi juga mengurangi emisi gas buangnya.
Inovasi dan Respons Honda Terhadap Kebijakan Pajak Baru
Pemerintah Indonesia telah mengumumkan harmonisasi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang akan menerapkan besaran pajak berdasarkan emisi CO2. Untuk LCGC, pajak dapat mencapai 3% jika tingkat emisi karbon tidak direduksi.
Menanggapi hal ini, Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Layanan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM), menyatakan bahwa meskipun belum ada kepastian langkah yang akan diambil, Honda Brio Satya telah terbukti memiliki konsumsi bahan bakar yang sangat irit. Beliau menambahkan bahwa mesin Brio adalah salah satu yang paling kecil dan hemat di kelasnya, dan untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi, pilihan selanjutnya adalah teknologi listrik atau hybrid.
Performa dan Efisiensi Bahan Bakar Honda Brio
Honda Brio menggunakan mesin berkapasitas 1.199 cc, 4 silinder, SOHC, 16 katup, VTEC, Drive By Wire, yang mampu menghasilkan tenaga 88 hp dengan torsi maksimal 110 Nm. Meskipun tenaga yang dihasilkan tergolong kecil untuk ukuran city car, efisiensi bahan bakar menjadi prioritas utama, terutama untuk penggunaan di kota yang sering mengalami kemacetan.
Tabel Konsumsi Bahan Bakar Honda Brio
Kondisi Pengujian | Konsumsi BBM |
---|---|
Rute Tol | 1:30,1 km/l |
Rute Kombinasi | 1:16 km/l |
Dalam Kota | 1:15-16 km/l |
Bebas Hambatan | 21-23,5 km/l |